Rabu, 21 November 2012

URGENSI DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH



URGENSI DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
DI SEKOLAH

Oleh : Kelompok 6 PGSD A4-11*)
Amin P.A 11144600156 
Bella T.A 11144600127
Ristiyanti 11144600125
Menuk S  11144600141
Rarastiti K.N  11144600135
Novi D.A 11144600131          


PERBEDAAN MULTIKULTURAL DI LINGKUNGAN MASYASRAKAT
Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan tingkah laku masyarakat yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Semua itu hanya terdapat di indonesia saja tidak ada pada negara lain. Cliford Geertz dalam buku The Relegion of Java (1969) berbicara mengenai Jawa mengelompokkan masyarakat atas tiga sub budaya, yaitu santri, abangan, dan priyayi (Nasaruddin Sjamsuddin,1989 : 34). Ketiga golongan tadi dapat menyebabkan perseteruan antar individu maupun dalam lingkup masyarakat. Perbedaan ragam budaya daerah juga dapat membuat perpecahan antar suku maupun pribadi. Keadaan yang demikian disebabkan oleh bentuk negara Indonesia yang beranekaragam.

Adanya konflik akibat perbedaan keanekaragaman budaya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: letak geografis, mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kebudayaan, misalnya masyarakat yang tinggal dipegunungan cenderung ramah sedangkan yang berada daerah pantai sifatnya keras. Kondisi iklim, bukan saja letak geografis namun iklim juga berpengaruh, misal orang yang didaerah pegunungan sejuk cenderung ramah sebaliknya orang yang dipantai panas menyengat bisa mempengaruhi kontrol emosi. Budaya asing, globalisasi mempunyai peranan yang cukup banyak dalam merubah kebudayaan manapun (http:// www.anneahira.com). Permasalahan sering muncul akibat dari perbedaan tersebut seperti pertikaian antar suku ataupun pelajar. Salah satu upaya untuk bisa menghargai adanya perbedaan dengan memberikan pendidikan multikultural.
 Manfaat pendidikan multikultural ini dapat menjadikan masyarakat tidak berpotensi untuk melakukan konflik yang dapat merenggangkan keutuhan bangsa indonesia. Banks (2001) seperti dikutip oleh Tilaar (2004) mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai konsep, ide atau suatu rangkaian kepercayaan dan penjelasan pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan individu, kelompok maupun negara.


HAKIKAT PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan, mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan yang diperlukan oleh diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. Multikultural adalah berbagai macam status sosial budaya meliputi latar belakang, tempat, agama, ras, dan suku. Pendidikan multikultural adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian didalam dan diluar sekolah yang mempelajari tentang berbagai macam status sosial, ras, suku, dan agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam menghadapi masalah-masalah keberagaman budaya.
Nieto (1992) menyebutkan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang bersifat  yang memperhatikan ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan dasar bagi  warga dunia, penting bagi semua murid, menembus seluruh aspek sistem pendidikan,  mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang memungkinkan murid bekerja bagi keadilan sosial. Proses dimana pengajar dan murid bersama-sama mempelajari pentingnya variabel budaya bagi keberhasilan akademik  serta  menerapkan ilmu pendidikan yang kritis memberi perhatian pada pengetahuan sosial dan membantu murid untuk mengembangkan ketrampilan (sobatbaru.blogspot.com).


PENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH
Pendidikan multikultural sangat penting untuk meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui pendidikan berbasis multikultural, sikap dan mindset (pemikiran) siswa akan lebih terbuka untuk memahami,  menghargai keberagaman (community.gunadarma.ac.id).
Bukan hanya itu tetapi pendidikan multikultural juga bermanfaat untuk membangun, di antara keragaman etnik, ras, agama, dan budaya. Paparan di atas juga memberi dorongan dan spirit bagi lembaga pendidikan nasional untuk menanamkan sikap kepada peserta didik untuk menghargai orang, budaya, agama, dan keyakinan lain. Paling penting didalam pendidikan seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional mengajarkan mata pelajaran yang diajarkan.
 Lebih dari itu, seorang pendidik juga harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokrasi, humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan yang inklusif pada siswa. Pada gilirannya, out-put yang dihasilkan dari sekolah tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam memahami dan menghargai keberadaan para pemeluk agama dan kepercayaan lain (http://tarbiyah.sunan-ampel.ac.id).
            Peran penting pendidikan multikultural di sekolah untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya. Salah satu tujuan penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua siswa agar memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik serta diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama (http://sobatbaru.blogspot.com).      
Aspek yang menjadi kunci dalam melaksanakan pendidikan multikultural disekolah tidak adanya kebijakan yang menghambat toleransi, termasuk tidak ada penghinaan terhadap ras, etnis dan jenis kelamin. Menumbuhkan kepekaan terhadap perbedaan budaya, di antaranya mencakup pakaian, musik dan makanan kesukaan. Memberikan kebebasan bagi anak dalam merayakan hari besar umat beragama serta memperkuat sikap anak agar merasa butuh terlibat dalam pengambilan keputusan secara demokratis (sudrajat.wordpress.com).
Berbagai kerusuhan yang banyak muncul akan segera meredam apabila di sekolah sudah sungguh-sungguh membawa anak didik dalam pemahaman multikultural. Melalui pendidikan multikultural ini oleh karenanya dikatakan penting di dalam sekolah. Pemberian arti penting pendidikan multikultural harus dilakukan sejak usia dini agar anak lebih memahami lingkungan sekitarnya yang penuh keragaman budaya.
PENERAPAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH
Membangun masyarakat yang dapat menghasilkan orang (warga negara) menyadari, mengakui, menghargai perbedaan bukan merupakan hal yang mudah. Perlu dirancang secara sistematik. Pada dasarnya, menurut Gorsky (2010) untuk dapat menerapakan pendidikan multikultural di sekolah diperlukan upaya transformasi pada tiga tahap yaitu:
1.    Transformasi Level Diri (transformation of self)
Transformasi pada level diri dapat digambarkan dengan sikap positif terhadap perbedaan dan keberagaman yang belum terjadi, transformasi tersebut merupakan salah satu kunci penentu keberhasilan pendidikan multikultural.
Contoh dari tranformasi level diri seperti dapat menghargai perbedaan beragama pada        setiap indvidu.
2.    Transformasi Level Sekolah (transformation of school and schooling)
Transformasi pada level sekolah digambarkan melalui lima dimensi pendidikan multikultural yaitu:
a)      Integrasi materi (content integration)
Integrasi materi merupakan upaya guru memberikan atau menggunakan contoh dan materi dari bebagai budaya dan kelompok untuk mengajarkan konsep kunci, prinsip, teori, dan lain-lain ketika mengajarkan satu topik atau mata pelajaran tertentu dengan menyisipkan akan adanya kesadaran perbedaan budaya. Contoh: ketika mengajarkan topik tumbuhan berbiji belah, guru menyinggung bahwa kopi adalah salah satu contoh dikotil, kemudian dikaitkan dengan bagaimana masyarakat Lampung, Aceh, dan Jawa memanfaatkan kopi sebagai minuman tradisi masing-masing.  
b)      Proses pembentukan pengetahuan (knowledge construction procwss)
Proses pembentukan pengetahuan upaya membantu siswa untuk memahami, mencari tahu, dan menentukan bagaimana suatu pengetahuan atau teori pada dasarnya secara nyata tercipta karena adanya pengaruh budaya, kalangan, dan kelompok tertentu dengan status sosial yang terjadi pada saat itu. Contoh: Galileo menghasilkan teori helioentris yang mengemukakan asumsi geosentris yang terjadi pada masa dimana pengaruh agama saat itu sangat dominan. Galileo dihukum mati karena teorinya tetapi belakangan ini teori tersebut dipakai oleh masyarakat dunia.
c)      Reduksi prasangka (prejudice reduction)
Reduksi prasangka merupakan upaya guru membantu siswa mengembangkan sifat positif terhadap perbedaan baik dari sisi suku, budaya, ras, gender, status sosial, dan lain-lain. Contoh: Tidak benar kalau guru mendorong sikap atau prasangka yang menganggap bahwa orang papua yang berkulit hitam adalah terbelakang, bodoh dan lain-lain dalam proses interaksi di sekolah inilah yang harus dihindari. Guru seharusnya berkewajiban meluruskan asumsi dan prasangka tersebut. Salah satu cara mengurangi prasangka ini adalah melibatkan siswa melakukan aktivitas bersama dengan orang-orang dari berbagai status sosial, gender, ras, dan lain-lain.
d)   Pendidikan atau perlakuan pedagogik tanpa pandang bulu (equity pendagogy)
Pendidikan atau perlakuan pedagogik tanpa pandang bulu adalah upaya guru memperlakukan secara sama dalam prises pembelajaran dikelas. Kenyataan ini akan terlihat dari metode yang digunakan, cara bertanya, penunjukan siswa, dan pengelompokan. Contoh: Guru senantiasa menunjukkan seorang siswa sebagai ketua kelompok, karena siswa tersebut anak dari kalangan status sosial tertentu lebih tinggi dari yang lain.
e)       Pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial (empowering school culture and social structure)
Pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial merupakan proses menstrukturisasi dan reorganisasi sekolah sehingga siswa dari beragam ras, suku, dan kelas sosial akan mengalami atau merasakan pemberdayaan maupun persamaan budaya. Semangat multikulturalisme akan tercermin dalam segala aktivitas sekolah, sehingga menuntut adanya perubahan baik dari sisi pendidik dan tenaga kependidikan, kebijakan sekolah, struktur organisasi, iklim sekolah, dan lain-lain.
3.    Transformasi Level Masyarakat (transformation of society)
Transformasi level masyarakat merupakan upaya paling berat karena sangat komplek dan melibatkan berbagai unsur terkait, hal ini akan terjadi dengan sendirinya jika transformasi level diri dan sekolah berjalan dengan baik (http://www.teknologipendidikan.net).




PENDEKATAN-PENDEKATAN YANG DIHADAPI DALAM PROSES MULTIKULTURAL
Ada beberapa pendekatan dalam proses pendidikan multikultural antara lain sebagai berikut.
1.  Perubahan dalam memandang pendidikan (education) dengan persekolahan (schooling) atau pendidikan multikultural dengan menggunakan program-program sekolah formal, misalnya dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Pandangan yang lebih luas mengenai pendidikan sebagai jalur kebudayaan membebaskan pendidik bahwa tanggungjawab primer dalam mengembangkan kompetensi kebudayaan di kalangan semua peserta didik. Semakin banyak pihak yang bertanggungjawab karena program-program sekolah terkait dengan pembelajaran informal di luar sekolah. Contoh: Mengadakan festival kebudayaan.
2. Menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik. Secara tradisional, para pendidik menjelaskan kebudayaan hanya dengan kelompok-kelompok sosial daripada dengan sejumlah orang yang secara terus menerus dan berulang-ulang terlibat satu sama lain dalam satu atau lebih kegiatan. Konteks pendidikan multikultural, pendekatan ini diharapkan dapat mengilhami para penyusun program-program pendidikan multikultural untuk menghilangkan kecenderungan memandang peserta didik secara sebelah mata menurut identitas etnik, dan akan meningkatkan  pemahaman yang lebih besar mengenai kesamaan dan perbedaan di kalangan peserta didik dari berbagai kelompok etnik.
3. Pengembangan kompetensi didalam suatu kebudayaan baru biasanya membutuhkan interaksi inisiatif dengan orang-orang yang sudah memiliki kompetensi, bahkan dapat dilihat lebih jelas bahwa upaya-upaya untuk mendukung sekolah-sekolah yang terpisah secara etnik  terhadap tujuan pendidikan multikultural. Mempertahankan dan memperluas solidaritas kelompok merupakan menghambat sosialisasi dalam kebudayaan baru.
4.  Pendidikan multikultural yang baik didalam sekolah maupun luar sekolah meningkatkan kesadaran tentang kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kesadaran seperti ini akan menjauhkan dari konsep dwi budaya  antara pribumi dan non-pribumi. Semacam ini dapat bersifat membatasi individu untuk sepenuhnya mengekspresikan  kebudayaan. Pendekatan ini meningkatkan kesadaran akan multikulturalisme sebagai pendalaman moral manusia. Kesadaran ini mengandung makna bahwa pendidikan multikultural berpotensi untuk mengembangkan apresiasi yang lebih baik melalui kompetensi kebudayaan yang ada pada diri peserta didik. Dalam kajian yang lebih spesifik dan mengarah pada pendidikan dan proses pendidikan, pendidikan multikultural dimaknai sebagai konsep kebermaknaan perbedaan secara unik pada tiap orang dan masyarakat. Kelas disusun dengan anggota makin kecil sehingga tiap peserta didik memperoleh peluang belajar semakin besar sekaligus menumbuhkan kesadaran  di antara peserta didik. Pada tahap lanjut menumbuhkan kesadaran (http://insaniaku.files.worderess.com).


KENDALA YANG DI HADAPI DALAM PENERAPAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Dalam penerapan pendidikan multikultural pada dasarnya menghadapi berbagai masalah antara lain:
1.     Kendala pada aspek latar belakang lingkungan
a)      Rendahnya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan multikultural
b)     Status sosial ekonomi masyarakat yang berbeda-beda
2.      Kendala pada aspek masukan
a)      Minimnya pengetahauan tentang pengelolaan pendidikan multikultural 
b)      Keberadaan sarana dan prasarana pengetahuan pendidikan multikultural
3.      Kendala pada aspek proses pendidikan multikultural 
      a)      Proses pengelolaan program 
      b)      Proses kerjasama dan partisipasi



UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENANGGULANGI KENDALA-KENDALA DALAM PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala pendidikan multikultural antara lain :
1.      Upaya  pada aspek latar belakang lingkungan
Perlunya dilakukan penggalian dukungan dari warga masyarakat melalui program-program permohanan bantuan dana bagi masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap program pengelolaan pendidikan multikultural tersebut. Dapat dengan program-program kerjasama seperti sumber daya manusia yang berorientasi untuk meraih kesuksesan melalui pendidikan multikultural.
2.      Upaya pada aspek masukan untuk menentukan pengetahuan tentang misi
Perlu dilakukan sosialisasi terhadap warga sekolah mengenai misi masing-masing program yang disosialisasikan.
Perbedaan sarana dan prasarana perlu juga ditingkatkan dengan meningkatkan peraturan pelaksanaan program-program sehingga peralatan, bahan, serta ruang belajar yang bisa dimanfaatkan secara efektif dan efesien.
3.      Upaya pada aspek proses pendidikan multikultural
Aspek ini memerlukan organisasi di tingkat lembaga maupun masing-masing program dengan melibatkan semua yang menyangkut di kalangan sekolah (pendidikan) seperti kepala sekolah, guru, pegawai, komite, siswa, orang tua, masyarakat, serta pemerintah.


WACANA AKHIR
        Pendidikan multikultural sangat penting dalam dunia masyarakat, pemerintah serta peserta didik yang berperan di dalamnya. Peran penting pendidikan multikultural di sekolah untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya, sehingga pendekatan dan cara penerapan perlu dilakukan secara mendasar disekolah.
  Pendekatan-pendekatan atau penerapannya sebagai berikut:
1.   Merubah pandangan tentang pendidikan multikultural,melalui program formal dan informal sekolah.
2.   Menghindari perbedaan pandangan kebudayaan dengan kelompok etnik.
3.   Mengembangkan kompetensi dalam kebudayaan baru yang membutuhkan interaksi inisiatif (ide).
4.   Meningkatkan kesadaran tentang kompetensi dalam kebudayaan jika pendidikan multikultural berpotensi untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Annehira. 2011. Masyarakat Multikultural. (Online). (http://www.annehira.com, diakses tanggal 15 Desember 2011)
Tilar, HAR. 2004. Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grafindo.
Arianto, Sam. 2011. Pendidikan Multikultural. (Online)
           (http://sobatbaru.blogspot.com, diakses tanggal 12 Desember 2011)
Mahardhikaputra, Adhimasori. 2011. Pentingnya Pendidikan Multikultural. (Online)
           (http://community.gunadarma.ac.id, diakses tanggal 15 Desember 2011)
Salamah. 2011. Pendidikan Multikultural. (Online)
           (http://Tarbiyah.sunan-ampel.ac.id, diakses tanggal 13 Desember 2011)
Gorski, Paul C. 2010. The Challenge of Defining Multicultur Education. (Online)
       (http://www.edchage.org/multicultural/initial.html, diakses tanggal 15 Desember2011)
Chaeruman, U wes A. 2011. Teknologi Pendidikan. (Online)
            (http://www.teknologipendidikan.net, diakses tanggal 15 Desember 2011)
Arifudin, Iis. 2011. Urgensi Implementasi Pendidikan Multikultural. (Online)
            (http://insaniaku.files.wordpress.com, diakses tanggal 13 Desember 2011)
Rahmat Pupu Saeful. 2011. Pendidikan Multikultural. (Online)
            (http://akhmad  sudrajat.wordpress.com, diakses tanggal 15 Desember 2011)

0 komentar:

Posting Komentar

Rabu, 21 November 2012

URGENSI DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH

Diposting oleh Unknown di 21.38


URGENSI DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
DI SEKOLAH

Oleh : Kelompok 6 PGSD A4-11*)
Amin P.A 11144600156 
Bella T.A 11144600127
Ristiyanti 11144600125
Menuk S  11144600141
Rarastiti K.N  11144600135
Novi D.A 11144600131          


PERBEDAAN MULTIKULTURAL DI LINGKUNGAN MASYASRAKAT
Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan tingkah laku masyarakat yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Semua itu hanya terdapat di indonesia saja tidak ada pada negara lain. Cliford Geertz dalam buku The Relegion of Java (1969) berbicara mengenai Jawa mengelompokkan masyarakat atas tiga sub budaya, yaitu santri, abangan, dan priyayi (Nasaruddin Sjamsuddin,1989 : 34). Ketiga golongan tadi dapat menyebabkan perseteruan antar individu maupun dalam lingkup masyarakat. Perbedaan ragam budaya daerah juga dapat membuat perpecahan antar suku maupun pribadi. Keadaan yang demikian disebabkan oleh bentuk negara Indonesia yang beranekaragam.

Adanya konflik akibat perbedaan keanekaragaman budaya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: letak geografis, mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kebudayaan, misalnya masyarakat yang tinggal dipegunungan cenderung ramah sedangkan yang berada daerah pantai sifatnya keras. Kondisi iklim, bukan saja letak geografis namun iklim juga berpengaruh, misal orang yang didaerah pegunungan sejuk cenderung ramah sebaliknya orang yang dipantai panas menyengat bisa mempengaruhi kontrol emosi. Budaya asing, globalisasi mempunyai peranan yang cukup banyak dalam merubah kebudayaan manapun (http:// www.anneahira.com). Permasalahan sering muncul akibat dari perbedaan tersebut seperti pertikaian antar suku ataupun pelajar. Salah satu upaya untuk bisa menghargai adanya perbedaan dengan memberikan pendidikan multikultural.
 Manfaat pendidikan multikultural ini dapat menjadikan masyarakat tidak berpotensi untuk melakukan konflik yang dapat merenggangkan keutuhan bangsa indonesia. Banks (2001) seperti dikutip oleh Tilaar (2004) mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai konsep, ide atau suatu rangkaian kepercayaan dan penjelasan pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan individu, kelompok maupun negara.


HAKIKAT PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan, mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan yang diperlukan oleh diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. Multikultural adalah berbagai macam status sosial budaya meliputi latar belakang, tempat, agama, ras, dan suku. Pendidikan multikultural adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian didalam dan diluar sekolah yang mempelajari tentang berbagai macam status sosial, ras, suku, dan agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam menghadapi masalah-masalah keberagaman budaya.
Nieto (1992) menyebutkan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang bersifat  yang memperhatikan ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan dasar bagi  warga dunia, penting bagi semua murid, menembus seluruh aspek sistem pendidikan,  mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang memungkinkan murid bekerja bagi keadilan sosial. Proses dimana pengajar dan murid bersama-sama mempelajari pentingnya variabel budaya bagi keberhasilan akademik  serta  menerapkan ilmu pendidikan yang kritis memberi perhatian pada pengetahuan sosial dan membantu murid untuk mengembangkan ketrampilan (sobatbaru.blogspot.com).


PENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH
Pendidikan multikultural sangat penting untuk meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui pendidikan berbasis multikultural, sikap dan mindset (pemikiran) siswa akan lebih terbuka untuk memahami,  menghargai keberagaman (community.gunadarma.ac.id).
Bukan hanya itu tetapi pendidikan multikultural juga bermanfaat untuk membangun, di antara keragaman etnik, ras, agama, dan budaya. Paparan di atas juga memberi dorongan dan spirit bagi lembaga pendidikan nasional untuk menanamkan sikap kepada peserta didik untuk menghargai orang, budaya, agama, dan keyakinan lain. Paling penting didalam pendidikan seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional mengajarkan mata pelajaran yang diajarkan.
 Lebih dari itu, seorang pendidik juga harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokrasi, humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan yang inklusif pada siswa. Pada gilirannya, out-put yang dihasilkan dari sekolah tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam memahami dan menghargai keberadaan para pemeluk agama dan kepercayaan lain (http://tarbiyah.sunan-ampel.ac.id).
            Peran penting pendidikan multikultural di sekolah untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya. Salah satu tujuan penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua siswa agar memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik serta diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama (http://sobatbaru.blogspot.com).      
Aspek yang menjadi kunci dalam melaksanakan pendidikan multikultural disekolah tidak adanya kebijakan yang menghambat toleransi, termasuk tidak ada penghinaan terhadap ras, etnis dan jenis kelamin. Menumbuhkan kepekaan terhadap perbedaan budaya, di antaranya mencakup pakaian, musik dan makanan kesukaan. Memberikan kebebasan bagi anak dalam merayakan hari besar umat beragama serta memperkuat sikap anak agar merasa butuh terlibat dalam pengambilan keputusan secara demokratis (sudrajat.wordpress.com).
Berbagai kerusuhan yang banyak muncul akan segera meredam apabila di sekolah sudah sungguh-sungguh membawa anak didik dalam pemahaman multikultural. Melalui pendidikan multikultural ini oleh karenanya dikatakan penting di dalam sekolah. Pemberian arti penting pendidikan multikultural harus dilakukan sejak usia dini agar anak lebih memahami lingkungan sekitarnya yang penuh keragaman budaya.
PENERAPAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH
Membangun masyarakat yang dapat menghasilkan orang (warga negara) menyadari, mengakui, menghargai perbedaan bukan merupakan hal yang mudah. Perlu dirancang secara sistematik. Pada dasarnya, menurut Gorsky (2010) untuk dapat menerapakan pendidikan multikultural di sekolah diperlukan upaya transformasi pada tiga tahap yaitu:
1.    Transformasi Level Diri (transformation of self)
Transformasi pada level diri dapat digambarkan dengan sikap positif terhadap perbedaan dan keberagaman yang belum terjadi, transformasi tersebut merupakan salah satu kunci penentu keberhasilan pendidikan multikultural.
Contoh dari tranformasi level diri seperti dapat menghargai perbedaan beragama pada        setiap indvidu.
2.    Transformasi Level Sekolah (transformation of school and schooling)
Transformasi pada level sekolah digambarkan melalui lima dimensi pendidikan multikultural yaitu:
a)      Integrasi materi (content integration)
Integrasi materi merupakan upaya guru memberikan atau menggunakan contoh dan materi dari bebagai budaya dan kelompok untuk mengajarkan konsep kunci, prinsip, teori, dan lain-lain ketika mengajarkan satu topik atau mata pelajaran tertentu dengan menyisipkan akan adanya kesadaran perbedaan budaya. Contoh: ketika mengajarkan topik tumbuhan berbiji belah, guru menyinggung bahwa kopi adalah salah satu contoh dikotil, kemudian dikaitkan dengan bagaimana masyarakat Lampung, Aceh, dan Jawa memanfaatkan kopi sebagai minuman tradisi masing-masing.  
b)      Proses pembentukan pengetahuan (knowledge construction procwss)
Proses pembentukan pengetahuan upaya membantu siswa untuk memahami, mencari tahu, dan menentukan bagaimana suatu pengetahuan atau teori pada dasarnya secara nyata tercipta karena adanya pengaruh budaya, kalangan, dan kelompok tertentu dengan status sosial yang terjadi pada saat itu. Contoh: Galileo menghasilkan teori helioentris yang mengemukakan asumsi geosentris yang terjadi pada masa dimana pengaruh agama saat itu sangat dominan. Galileo dihukum mati karena teorinya tetapi belakangan ini teori tersebut dipakai oleh masyarakat dunia.
c)      Reduksi prasangka (prejudice reduction)
Reduksi prasangka merupakan upaya guru membantu siswa mengembangkan sifat positif terhadap perbedaan baik dari sisi suku, budaya, ras, gender, status sosial, dan lain-lain. Contoh: Tidak benar kalau guru mendorong sikap atau prasangka yang menganggap bahwa orang papua yang berkulit hitam adalah terbelakang, bodoh dan lain-lain dalam proses interaksi di sekolah inilah yang harus dihindari. Guru seharusnya berkewajiban meluruskan asumsi dan prasangka tersebut. Salah satu cara mengurangi prasangka ini adalah melibatkan siswa melakukan aktivitas bersama dengan orang-orang dari berbagai status sosial, gender, ras, dan lain-lain.
d)   Pendidikan atau perlakuan pedagogik tanpa pandang bulu (equity pendagogy)
Pendidikan atau perlakuan pedagogik tanpa pandang bulu adalah upaya guru memperlakukan secara sama dalam prises pembelajaran dikelas. Kenyataan ini akan terlihat dari metode yang digunakan, cara bertanya, penunjukan siswa, dan pengelompokan. Contoh: Guru senantiasa menunjukkan seorang siswa sebagai ketua kelompok, karena siswa tersebut anak dari kalangan status sosial tertentu lebih tinggi dari yang lain.
e)       Pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial (empowering school culture and social structure)
Pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial merupakan proses menstrukturisasi dan reorganisasi sekolah sehingga siswa dari beragam ras, suku, dan kelas sosial akan mengalami atau merasakan pemberdayaan maupun persamaan budaya. Semangat multikulturalisme akan tercermin dalam segala aktivitas sekolah, sehingga menuntut adanya perubahan baik dari sisi pendidik dan tenaga kependidikan, kebijakan sekolah, struktur organisasi, iklim sekolah, dan lain-lain.
3.    Transformasi Level Masyarakat (transformation of society)
Transformasi level masyarakat merupakan upaya paling berat karena sangat komplek dan melibatkan berbagai unsur terkait, hal ini akan terjadi dengan sendirinya jika transformasi level diri dan sekolah berjalan dengan baik (http://www.teknologipendidikan.net).




PENDEKATAN-PENDEKATAN YANG DIHADAPI DALAM PROSES MULTIKULTURAL
Ada beberapa pendekatan dalam proses pendidikan multikultural antara lain sebagai berikut.
1.  Perubahan dalam memandang pendidikan (education) dengan persekolahan (schooling) atau pendidikan multikultural dengan menggunakan program-program sekolah formal, misalnya dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Pandangan yang lebih luas mengenai pendidikan sebagai jalur kebudayaan membebaskan pendidik bahwa tanggungjawab primer dalam mengembangkan kompetensi kebudayaan di kalangan semua peserta didik. Semakin banyak pihak yang bertanggungjawab karena program-program sekolah terkait dengan pembelajaran informal di luar sekolah. Contoh: Mengadakan festival kebudayaan.
2. Menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik. Secara tradisional, para pendidik menjelaskan kebudayaan hanya dengan kelompok-kelompok sosial daripada dengan sejumlah orang yang secara terus menerus dan berulang-ulang terlibat satu sama lain dalam satu atau lebih kegiatan. Konteks pendidikan multikultural, pendekatan ini diharapkan dapat mengilhami para penyusun program-program pendidikan multikultural untuk menghilangkan kecenderungan memandang peserta didik secara sebelah mata menurut identitas etnik, dan akan meningkatkan  pemahaman yang lebih besar mengenai kesamaan dan perbedaan di kalangan peserta didik dari berbagai kelompok etnik.
3. Pengembangan kompetensi didalam suatu kebudayaan baru biasanya membutuhkan interaksi inisiatif dengan orang-orang yang sudah memiliki kompetensi, bahkan dapat dilihat lebih jelas bahwa upaya-upaya untuk mendukung sekolah-sekolah yang terpisah secara etnik  terhadap tujuan pendidikan multikultural. Mempertahankan dan memperluas solidaritas kelompok merupakan menghambat sosialisasi dalam kebudayaan baru.
4.  Pendidikan multikultural yang baik didalam sekolah maupun luar sekolah meningkatkan kesadaran tentang kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kesadaran seperti ini akan menjauhkan dari konsep dwi budaya  antara pribumi dan non-pribumi. Semacam ini dapat bersifat membatasi individu untuk sepenuhnya mengekspresikan  kebudayaan. Pendekatan ini meningkatkan kesadaran akan multikulturalisme sebagai pendalaman moral manusia. Kesadaran ini mengandung makna bahwa pendidikan multikultural berpotensi untuk mengembangkan apresiasi yang lebih baik melalui kompetensi kebudayaan yang ada pada diri peserta didik. Dalam kajian yang lebih spesifik dan mengarah pada pendidikan dan proses pendidikan, pendidikan multikultural dimaknai sebagai konsep kebermaknaan perbedaan secara unik pada tiap orang dan masyarakat. Kelas disusun dengan anggota makin kecil sehingga tiap peserta didik memperoleh peluang belajar semakin besar sekaligus menumbuhkan kesadaran  di antara peserta didik. Pada tahap lanjut menumbuhkan kesadaran (http://insaniaku.files.worderess.com).


KENDALA YANG DI HADAPI DALAM PENERAPAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Dalam penerapan pendidikan multikultural pada dasarnya menghadapi berbagai masalah antara lain:
1.     Kendala pada aspek latar belakang lingkungan
a)      Rendahnya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan multikultural
b)     Status sosial ekonomi masyarakat yang berbeda-beda
2.      Kendala pada aspek masukan
a)      Minimnya pengetahauan tentang pengelolaan pendidikan multikultural 
b)      Keberadaan sarana dan prasarana pengetahuan pendidikan multikultural
3.      Kendala pada aspek proses pendidikan multikultural 
      a)      Proses pengelolaan program 
      b)      Proses kerjasama dan partisipasi



UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENANGGULANGI KENDALA-KENDALA DALAM PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala pendidikan multikultural antara lain :
1.      Upaya  pada aspek latar belakang lingkungan
Perlunya dilakukan penggalian dukungan dari warga masyarakat melalui program-program permohanan bantuan dana bagi masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap program pengelolaan pendidikan multikultural tersebut. Dapat dengan program-program kerjasama seperti sumber daya manusia yang berorientasi untuk meraih kesuksesan melalui pendidikan multikultural.
2.      Upaya pada aspek masukan untuk menentukan pengetahuan tentang misi
Perlu dilakukan sosialisasi terhadap warga sekolah mengenai misi masing-masing program yang disosialisasikan.
Perbedaan sarana dan prasarana perlu juga ditingkatkan dengan meningkatkan peraturan pelaksanaan program-program sehingga peralatan, bahan, serta ruang belajar yang bisa dimanfaatkan secara efektif dan efesien.
3.      Upaya pada aspek proses pendidikan multikultural
Aspek ini memerlukan organisasi di tingkat lembaga maupun masing-masing program dengan melibatkan semua yang menyangkut di kalangan sekolah (pendidikan) seperti kepala sekolah, guru, pegawai, komite, siswa, orang tua, masyarakat, serta pemerintah.


WACANA AKHIR
        Pendidikan multikultural sangat penting dalam dunia masyarakat, pemerintah serta peserta didik yang berperan di dalamnya. Peran penting pendidikan multikultural di sekolah untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya, sehingga pendekatan dan cara penerapan perlu dilakukan secara mendasar disekolah.
  Pendekatan-pendekatan atau penerapannya sebagai berikut:
1.   Merubah pandangan tentang pendidikan multikultural,melalui program formal dan informal sekolah.
2.   Menghindari perbedaan pandangan kebudayaan dengan kelompok etnik.
3.   Mengembangkan kompetensi dalam kebudayaan baru yang membutuhkan interaksi inisiatif (ide).
4.   Meningkatkan kesadaran tentang kompetensi dalam kebudayaan jika pendidikan multikultural berpotensi untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Annehira. 2011. Masyarakat Multikultural. (Online). (http://www.annehira.com, diakses tanggal 15 Desember 2011)
Tilar, HAR. 2004. Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grafindo.
Arianto, Sam. 2011. Pendidikan Multikultural. (Online)
           (http://sobatbaru.blogspot.com, diakses tanggal 12 Desember 2011)
Mahardhikaputra, Adhimasori. 2011. Pentingnya Pendidikan Multikultural. (Online)
           (http://community.gunadarma.ac.id, diakses tanggal 15 Desember 2011)
Salamah. 2011. Pendidikan Multikultural. (Online)
           (http://Tarbiyah.sunan-ampel.ac.id, diakses tanggal 13 Desember 2011)
Gorski, Paul C. 2010. The Challenge of Defining Multicultur Education. (Online)
       (http://www.edchage.org/multicultural/initial.html, diakses tanggal 15 Desember2011)
Chaeruman, U wes A. 2011. Teknologi Pendidikan. (Online)
            (http://www.teknologipendidikan.net, diakses tanggal 15 Desember 2011)
Arifudin, Iis. 2011. Urgensi Implementasi Pendidikan Multikultural. (Online)
            (http://insaniaku.files.wordpress.com, diakses tanggal 13 Desember 2011)
Rahmat Pupu Saeful. 2011. Pendidikan Multikultural. (Online)
            (http://akhmad  sudrajat.wordpress.com, diakses tanggal 15 Desember 2011)

0 komentar on "URGENSI DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH"

Posting Komentar

Mainkan Yuk..!

Blogger Widgets