URGENSI DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
Oleh : Kelompok 6 PGSD A4-11*)
Amin P.A 11144600156
Bella T.A 11144600127
Ristiyanti 11144600125
Menuk S 11144600141
Rarastiti K.N 11144600135
PERBEDAAN
MULTIKULTURAL DI LINGKUNGAN MASYASRAKAT
Indonesia
adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan tingkah laku masyarakat
yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Semua itu hanya terdapat di
indonesia saja tidak ada pada negara lain. Cliford Geertz dalam buku The Relegion of Java (1969) berbicara
mengenai Jawa mengelompokkan masyarakat atas tiga sub budaya, yaitu santri, abangan, dan priyayi (Nasaruddin
Sjamsuddin,1989 : 34). Ketiga golongan tadi dapat menyebabkan
perseteruan antar individu maupun dalam lingkup masyarakat. Perbedaan ragam
budaya daerah juga dapat membuat perpecahan antar suku maupun pribadi. Keadaan
yang demikian disebabkan oleh bentuk negara Indonesia yang beranekaragam.
|
Manfaat pendidikan multikultural ini dapat
menjadikan masyarakat tidak berpotensi untuk melakukan konflik yang dapat
merenggangkan keutuhan bangsa indonesia. Banks (2001) seperti dikutip oleh
Tilaar (2004) mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai konsep, ide atau
suatu rangkaian kepercayaan dan penjelasan
pentingnya
keragaman budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial,
identitas pribadi, kesempatan individu, kelompok maupun negara.
HAKIKAT PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan,
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan yang diperlukan
oleh diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. Multikultural adalah
berbagai macam status sosial budaya meliputi latar belakang, tempat, agama, ras,
dan suku. Pendidikan multikultural adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian didalam dan diluar sekolah yang mempelajari tentang berbagai macam
status sosial, ras, suku, dan agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam
menghadapi masalah-masalah keberagaman budaya.
Nieto (1992) menyebutkan bahwa pendidikan
multikultural adalah pendidikan yang bersifat
yang memperhatikan ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan dasar
bagi warga dunia, penting bagi semua
murid, menembus seluruh aspek sistem pendidikan, mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan yang memungkinkan murid bekerja bagi keadilan sosial. Proses dimana
pengajar dan murid bersama-sama mempelajari pentingnya variabel budaya bagi
keberhasilan akademik serta menerapkan ilmu pendidikan yang kritis
memberi perhatian pada pengetahuan sosial dan membantu murid untuk
mengembangkan ketrampilan (sobatbaru.blogspot.com).
PENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
DI SEKOLAH
Pendidikan multikultural sangat penting untuk
meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui
pendidikan berbasis multikultural, sikap dan mindset (pemikiran) siswa akan lebih terbuka untuk memahami, menghargai keberagaman
(community.gunadarma.ac.id).
Bukan
hanya itu tetapi pendidikan multikultural juga bermanfaat untuk membangun, di
antara keragaman etnik, ras, agama, dan budaya. Paparan di atas juga memberi dorongan dan
spirit bagi lembaga pendidikan nasional untuk menanamkan sikap kepada peserta
didik untuk menghargai orang, budaya, agama, dan keyakinan lain. Paling penting
didalam pendidikan seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu
secara profesional mengajarkan mata pelajaran yang diajarkan.
Lebih dari itu, seorang pendidik juga harus
mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti
demokrasi, humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai
keberagamaan yang inklusif pada
siswa. Pada gilirannya, out-put yang
dihasilkan dari sekolah tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin ilmu yang
ditekuninya, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam
memahami dan menghargai keberadaan para pemeluk agama dan kepercayaan lain
(http://tarbiyah.sunan-ampel.ac.id).
Peran
penting pendidikan multikultural di sekolah untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi
semua siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya.
Salah satu tujuan penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk
membantu semua siswa agar memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang
diperlukan dalam menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat
demokrasi-pluralistik serta diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan
komunikasi dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan
masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama
(http://sobatbaru.blogspot.com).
Aspek
yang menjadi kunci dalam melaksanakan pendidikan multikultural disekolah tidak
adanya kebijakan yang menghambat toleransi, termasuk tidak ada penghinaan
terhadap ras, etnis dan jenis kelamin. Menumbuhkan kepekaan terhadap perbedaan
budaya, di antaranya mencakup pakaian, musik dan makanan kesukaan. Memberikan
kebebasan bagi anak dalam merayakan hari besar umat beragama serta memperkuat
sikap anak agar merasa butuh terlibat dalam pengambilan keputusan secara
demokratis (sudrajat.wordpress.com).
Berbagai
kerusuhan yang banyak muncul akan segera
meredam apabila di sekolah sudah sungguh-sungguh membawa anak didik dalam
pemahaman multikultural. Melalui pendidikan multikultural ini oleh karenanya
dikatakan penting di dalam sekolah. Pemberian arti penting pendidikan
multikultural harus dilakukan sejak usia dini agar anak lebih memahami
lingkungan sekitarnya yang penuh keragaman budaya.
PENERAPAN
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH
Membangun
masyarakat yang dapat menghasilkan orang (warga negara) menyadari, mengakui,
menghargai perbedaan bukan merupakan hal yang mudah. Perlu dirancang secara sistematik. Pada dasarnya, menurut
Gorsky (2010) untuk dapat menerapakan pendidikan multikultural di sekolah
diperlukan upaya transformasi pada tiga tahap yaitu:
1.
Transformasi
Level Diri (transformation of self)
Transformasi
pada level diri dapat digambarkan dengan sikap positif terhadap perbedaan dan
keberagaman yang belum terjadi, transformasi tersebut merupakan salah satu
kunci penentu keberhasilan pendidikan multikultural.
Contoh dari
tranformasi level diri seperti dapat menghargai perbedaan beragama pada setiap indvidu.
2.
Transformasi
Level Sekolah (transformation of school
and schooling)
Transformasi pada level sekolah digambarkan melalui
lima dimensi pendidikan multikultural yaitu:
a) Integrasi materi (content
integration)
Integrasi materi merupakan upaya guru memberikan atau
menggunakan contoh dan materi dari bebagai budaya dan kelompok untuk
mengajarkan konsep kunci, prinsip, teori, dan lain-lain ketika mengajarkan satu
topik atau mata pelajaran tertentu dengan menyisipkan akan adanya kesadaran
perbedaan budaya. Contoh: ketika mengajarkan topik tumbuhan berbiji belah, guru
menyinggung bahwa kopi adalah salah satu contoh dikotil, kemudian dikaitkan
dengan bagaimana masyarakat Lampung, Aceh, dan Jawa memanfaatkan kopi sebagai
minuman tradisi masing-masing.
b)
Proses
pembentukan pengetahuan (knowledge
construction procwss)
Proses pembentukan pengetahuan upaya membantu siswa
untuk memahami, mencari tahu, dan menentukan bagaimana suatu pengetahuan atau
teori pada dasarnya secara nyata tercipta karena adanya pengaruh budaya,
kalangan, dan kelompok tertentu dengan status sosial yang terjadi pada saat
itu. Contoh: Galileo menghasilkan teori helioentris
yang mengemukakan asumsi geosentris
yang terjadi pada masa dimana pengaruh agama saat itu sangat dominan. Galileo
dihukum mati karena teorinya tetapi belakangan ini teori tersebut dipakai oleh
masyarakat dunia.
c)
Reduksi
prasangka (prejudice reduction)
Reduksi prasangka merupakan upaya guru membantu siswa
mengembangkan sifat positif terhadap perbedaan baik dari sisi suku, budaya,
ras, gender, status sosial, dan lain-lain. Contoh: Tidak benar kalau guru
mendorong sikap atau prasangka yang menganggap bahwa orang papua yang berkulit
hitam adalah terbelakang, bodoh dan lain-lain dalam proses interaksi di sekolah
inilah yang harus dihindari. Guru seharusnya berkewajiban meluruskan asumsi dan
prasangka tersebut. Salah satu cara mengurangi prasangka ini adalah melibatkan
siswa melakukan aktivitas bersama dengan orang-orang dari berbagai status
sosial, gender, ras, dan lain-lain.
d) Pendidikan atau
perlakuan pedagogik tanpa pandang bulu (equity
pendagogy)
Pendidikan atau perlakuan pedagogik tanpa pandang bulu
adalah upaya guru memperlakukan secara sama dalam prises pembelajaran dikelas. Kenyataan
ini akan terlihat dari metode yang digunakan, cara bertanya, penunjukan siswa,
dan pengelompokan. Contoh: Guru senantiasa menunjukkan seorang siswa sebagai
ketua kelompok, karena siswa tersebut anak dari kalangan status sosial tertentu
lebih tinggi dari yang lain.
e) Pemberdayaan
budaya sekolah dan struktur sosial (empowering
school culture and social structure)
Pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial
merupakan proses menstrukturisasi dan reorganisasi sekolah sehingga siswa dari
beragam ras, suku, dan kelas sosial akan mengalami atau merasakan pemberdayaan
maupun persamaan budaya. Semangat multikulturalisme
akan tercermin dalam segala aktivitas sekolah, sehingga menuntut adanya
perubahan baik dari sisi pendidik dan tenaga kependidikan, kebijakan sekolah,
struktur organisasi, iklim sekolah, dan lain-lain.
3.
Transformasi
Level Masyarakat (transformation of
society)
Transformasi
level masyarakat merupakan upaya paling berat karena sangat komplek dan
melibatkan berbagai unsur terkait, hal ini akan terjadi dengan sendirinya jika transformasi level diri dan sekolah berjalan
dengan baik (http://www.teknologipendidikan.net).
PENDEKATAN-PENDEKATAN
YANG DIHADAPI DALAM PROSES MULTIKULTURAL
Ada beberapa pendekatan dalam proses pendidikan
multikultural antara lain sebagai berikut.
1. Perubahan
dalam memandang pendidikan (education)
dengan persekolahan (schooling) atau
pendidikan multikultural dengan menggunakan program-program sekolah formal, misalnya dimasukkan
dalam kurikulum pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Pandangan yang lebih luas
mengenai pendidikan sebagai jalur kebudayaan membebaskan pendidik bahwa tanggungjawab
primer dalam mengembangkan kompetensi kebudayaan di kalangan
semua peserta didik.
Semakin banyak pihak yang bertanggungjawab karena program-program sekolah
terkait dengan pembelajaran informal di luar sekolah. Contoh: Mengadakan
festival kebudayaan.
2. Menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan
dengan kelompok etnik. Secara tradisional, para pendidik menjelaskan kebudayaan hanya dengan kelompok-kelompok sosial
daripada dengan sejumlah orang yang secara terus menerus dan berulang-ulang
terlibat satu sama lain dalam satu atau lebih kegiatan. Konteks pendidikan multikultural, pendekatan ini
diharapkan dapat mengilhami para penyusun program-program pendidikan multikultural
untuk menghilangkan kecenderungan memandang peserta didik secara sebelah
mata menurut
identitas etnik, dan akan meningkatkan pemahaman yang lebih besar mengenai kesamaan
dan perbedaan di kalangan peserta didik dari berbagai kelompok etnik.
3. Pengembangan
kompetensi didalam
suatu kebudayaan baru biasanya membutuhkan interaksi inisiatif dengan
orang-orang yang sudah memiliki kompetensi, bahkan dapat dilihat lebih jelas
bahwa upaya-upaya untuk mendukung sekolah-sekolah yang terpisah secara etnik terhadap tujuan pendidikan multikultural.
Mempertahankan dan memperluas solidaritas kelompok merupakan menghambat
sosialisasi dalam kebudayaan baru.
4. Pendidikan
multikultural yang baik
didalam sekolah maupun luar sekolah meningkatkan
kesadaran tentang kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kesadaran seperti ini
akan menjauhkan dari konsep dwi budaya antara pribumi dan non-pribumi. Semacam ini dapat bersifat membatasi individu untuk sepenuhnya
mengekspresikan kebudayaan. Pendekatan
ini meningkatkan kesadaran akan multikulturalisme
sebagai pendalaman moral manusia. Kesadaran ini mengandung makna bahwa pendidikan
multikultural berpotensi untuk mengembangkan apresiasi yang lebih baik melalui
kompetensi kebudayaan yang ada pada diri peserta didik. Dalam kajian yang lebih
spesifik dan mengarah pada pendidikan dan proses pendidikan, pendidikan
multikultural dimaknai sebagai konsep kebermaknaan perbedaan secara unik pada
tiap orang dan masyarakat. Kelas disusun dengan anggota makin kecil sehingga tiap peserta didik memperoleh
peluang belajar semakin besar sekaligus menumbuhkan kesadaran di antara peserta didik. Pada tahap lanjut
menumbuhkan kesadaran (http://insaniaku.files.worderess.com).
KENDALA YANG DI HADAPI DALAM PENERAPAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Dalam penerapan pendidikan multikultural pada dasarnya
menghadapi berbagai masalah antara lain:
1. Kendala pada aspek latar belakang lingkungan
a)
Rendahnya
aspirasi masyarakat terhadap pendidikan multikultural
b)
Status
sosial ekonomi masyarakat yang berbeda-beda
2. Kendala pada aspek masukan
a)
Minimnya
pengetahauan tentang pengelolaan pendidikan multikultural
b) Keberadaan sarana dan prasarana pengetahuan pendidikan multikultural
b) Keberadaan sarana dan prasarana pengetahuan pendidikan multikultural
3. Kendala pada aspek proses pendidikan multikultural
a) Proses pengelolaan program
b) Proses kerjasama dan partisipasi
a) Proses pengelolaan program
b) Proses kerjasama dan partisipasi
UPAYA
YANG DILAKUKAN UNTUK MENANGGULANGI KENDALA-KENDALA DALAM PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala-kendala pendidikan multikultural antara lain :
1. Upaya pada aspek
latar belakang lingkungan
Perlunya dilakukan penggalian dukungan dari warga
masyarakat melalui program-program permohanan bantuan dana bagi masyarakat yang
memiliki kepedulian terhadap program pengelolaan pendidikan multikultural
tersebut. Dapat dengan program-program kerjasama seperti sumber daya manusia
yang berorientasi untuk meraih kesuksesan melalui pendidikan multikultural.
2. Upaya pada aspek masukan untuk menentukan pengetahuan
tentang misi
Perlu dilakukan sosialisasi terhadap warga sekolah
mengenai misi masing-masing program yang disosialisasikan.
Perbedaan sarana dan prasarana perlu juga ditingkatkan
dengan meningkatkan peraturan pelaksanaan program-program sehingga peralatan,
bahan, serta ruang belajar yang bisa dimanfaatkan secara efektif dan efesien.
3. Upaya pada aspek proses pendidikan multikultural
Aspek ini memerlukan organisasi di tingkat lembaga
maupun masing-masing program dengan melibatkan semua yang menyangkut di
kalangan sekolah (pendidikan) seperti kepala sekolah, guru, pegawai, komite, siswa,
orang tua, masyarakat, serta pemerintah.
WACANA AKHIR
Pendidikan multikultural
sangat penting dalam dunia masyarakat, pemerintah serta peserta didik yang
berperan di dalamnya. Peran penting pendidikan multikultural di sekolah untuk
menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda
ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya, sehingga pendekatan dan cara
penerapan perlu dilakukan secara mendasar disekolah.
Pendekatan-pendekatan atau penerapannya
sebagai berikut:
1.
Merubah
pandangan tentang pendidikan multikultural,melalui program formal dan informal
sekolah.
2.
Menghindari
perbedaan pandangan kebudayaan dengan kelompok etnik.
3.
Mengembangkan
kompetensi dalam kebudayaan baru yang membutuhkan interaksi inisiatif (ide).
4.
Meningkatkan
kesadaran tentang kompetensi dalam kebudayaan jika pendidikan multikultural
berpotensi untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Annehira. 2011. Masyarakat
Multikultural. (Online). (http://www.annehira.com, diakses tanggal 15
Desember 2011)
Tilar, HAR. 2004. Multikulturalisme: Tantangan-tantangan
Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta:
Grafindo.
Arianto, Sam. 2011. Pendidikan Multikultural. (Online)
Mahardhikaputra,
Adhimasori. 2011. Pentingnya Pendidikan
Multikultural. (Online)
Salamah. 2011. Pendidikan
Multikultural. (Online)
Gorski, Paul C. 2010. The Challenge
of Defining Multicultur Education. (Online)
Chaeruman, U wes A. 2011. Teknologi
Pendidikan. (Online)
Arifudin, Iis. 2011. Urgensi
Implementasi Pendidikan Multikultural. (Online)
Rahmat Pupu Saeful. 2011. Pendidikan
Multikultural. (Online)
0 komentar:
Posting Komentar