Rabu, 09 Januari 2013
Kakek, Apakah Dunia di Luar Sana Cantik?
Di sebuah rumah sakit, ada seorang gadis kecil yang akan menjalani operasi cangkok jantung. Dia harus bermalam beberapa hari di rumah sakit tersebut. Sang gadis kecil menempati kamar yang juga ditempati seorang kakek tua. Orang tua sang gadis kecil sangat sibuk mencari uang untuk biaya operasi, sehingga mereka tidak bisa berjaga di rumah sakit selama 24 jam.
Sering merasa sendirian, sang gadis kecil mengajak kakek di sebelahnya untuk ngobrol. Mereka berdua hanya dipisahkan selambu kain, sehingga bisa ngobrol sambil berbaring di ranjang masing-masing.
“Kakek, apakah pemandangan di luar sana bagus?” tanya sang gadis kecil. Dia tidak bisa melihat ke arah luar jendela karena tempat tidurnya tidak berhadapan langsung dengan jendela.
Sang kakek yang menempati ranjang di samping jendela langsung bercerita bahwa halaman rumah sakit di luar sana sangat bagus. Ada air mancur, burung-burung merpati dan taman bunga yang sangat bagus.
“Kamu harus melihatnya, di luar sana cantik sekali,” ujar sang kakek sambil terkekeh.
Selama dirawat dalam kamar yang sama, tidak ada satupun kerabat atau keluarga kakek yang membesuknya. Sehingga kakek itu juga senang diajak ngobrol oleh sang gadis kecil. Sang kakek juga suka bercerita tentang keadaan di luar sana. Apakah matahari sedang bersinar, apakah senja hari itu bagus dan sebagainya. Seolah-olah, kakek itu adalah mata bagi sang gadis kecil yang tidak boleh bangun dari ranjangnya hingga waktu operasi tiba.
“Kamu anak perempuan yang kuat, berjuanglah dan segera sembuh agar kamu bisa melihat taman rumah sakit yang bagus di luar sana,” ujar sang kakek.
Akhirnya waktu operasi tiba. Gadis kecil itu menjalani operasi berjam-jam dan menjalani rawat inap di kamar yang berbeda, yaitu kamar untuk penyembuhan pasca operasi besar.
Di ruangan itu, sang gadis kecil hanya sendirian. Dia bisa melihat ke arah luar jendela, tetapi tidak ada taman bunga dan air mancur seperti yang diceritakan sang kakek. Mungkin beda posisi, dan taman bunga ada di posisi lain rumah sakit ini. Setelah beberapa hari, sang gadis kecil diperbolehkan pulang karena operasinya berhasil.
Kangen dengan sang kakek, sang gadis kecil memutuskan untuk membesuk. Setibanya di rumah sakit, sang gadis kecil mendapati kabar bahwa sang kakek telah meninggal. Menurut perawat, kakek sebatang kara itu meninggal karena komplikasi diabetes. Bahkan penglihatan sang kakek sudah hilang selama setahun.
Mendengar hal itu, sang gadis kecil menangis. Dia sadar bahwa sang kakek telah membohonginya. Tetapi bukan kebohongan itu yang membuat sang gadis kecil menangis, tetapi karena dia belum mengucapkan terima kasih atas semangat dan kebohongan yang manis dari sang kakek. Dari jendela ruangan rawat inap, tidak ada taman, tidak ada merpati. Yang ada hanyalah tanah gersang. Tetapi disadari atau tidak, cerita sang kakek tentang indahnya taman rumah sakit menjadi salah satu semangat sang gadis kecil untuk berani dioperasi dan sembuh.
Sejak saat itu, sang gadis kecil rutin memberi seikat bunga mawar di makam sang kakek.
“Kakek, terima kasih atas semangatmu. Sekarang aku sudah sembuh. Akan aku bawakan bunga-bunga yang cantik di sini, seperti bunga-bunga di taman yang cantik, yang sering kakek ceritakan padaku,”
Sumber : http://www.vemale.com/inspiring/lentera/19410-kakek-apakah-dunia-di-luar-sana-cantik.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Rabu, 09 Januari 2013
Kakek, Apakah Dunia di Luar Sana Cantik?
Di sebuah rumah sakit, ada seorang gadis kecil yang akan menjalani operasi cangkok jantung. Dia harus bermalam beberapa hari di rumah sakit tersebut. Sang gadis kecil menempati kamar yang juga ditempati seorang kakek tua. Orang tua sang gadis kecil sangat sibuk mencari uang untuk biaya operasi, sehingga mereka tidak bisa berjaga di rumah sakit selama 24 jam.
Sering merasa sendirian, sang gadis kecil mengajak kakek di sebelahnya untuk ngobrol. Mereka berdua hanya dipisahkan selambu kain, sehingga bisa ngobrol sambil berbaring di ranjang masing-masing.
“Kakek, apakah pemandangan di luar sana bagus?” tanya sang gadis kecil. Dia tidak bisa melihat ke arah luar jendela karena tempat tidurnya tidak berhadapan langsung dengan jendela.
Sang kakek yang menempati ranjang di samping jendela langsung bercerita bahwa halaman rumah sakit di luar sana sangat bagus. Ada air mancur, burung-burung merpati dan taman bunga yang sangat bagus.
“Kamu harus melihatnya, di luar sana cantik sekali,” ujar sang kakek sambil terkekeh.
Selama dirawat dalam kamar yang sama, tidak ada satupun kerabat atau keluarga kakek yang membesuknya. Sehingga kakek itu juga senang diajak ngobrol oleh sang gadis kecil. Sang kakek juga suka bercerita tentang keadaan di luar sana. Apakah matahari sedang bersinar, apakah senja hari itu bagus dan sebagainya. Seolah-olah, kakek itu adalah mata bagi sang gadis kecil yang tidak boleh bangun dari ranjangnya hingga waktu operasi tiba.
“Kamu anak perempuan yang kuat, berjuanglah dan segera sembuh agar kamu bisa melihat taman rumah sakit yang bagus di luar sana,” ujar sang kakek.
Akhirnya waktu operasi tiba. Gadis kecil itu menjalani operasi berjam-jam dan menjalani rawat inap di kamar yang berbeda, yaitu kamar untuk penyembuhan pasca operasi besar.
Di ruangan itu, sang gadis kecil hanya sendirian. Dia bisa melihat ke arah luar jendela, tetapi tidak ada taman bunga dan air mancur seperti yang diceritakan sang kakek. Mungkin beda posisi, dan taman bunga ada di posisi lain rumah sakit ini. Setelah beberapa hari, sang gadis kecil diperbolehkan pulang karena operasinya berhasil.
Kangen dengan sang kakek, sang gadis kecil memutuskan untuk membesuk. Setibanya di rumah sakit, sang gadis kecil mendapati kabar bahwa sang kakek telah meninggal. Menurut perawat, kakek sebatang kara itu meninggal karena komplikasi diabetes. Bahkan penglihatan sang kakek sudah hilang selama setahun.
Mendengar hal itu, sang gadis kecil menangis. Dia sadar bahwa sang kakek telah membohonginya. Tetapi bukan kebohongan itu yang membuat sang gadis kecil menangis, tetapi karena dia belum mengucapkan terima kasih atas semangat dan kebohongan yang manis dari sang kakek. Dari jendela ruangan rawat inap, tidak ada taman, tidak ada merpati. Yang ada hanyalah tanah gersang. Tetapi disadari atau tidak, cerita sang kakek tentang indahnya taman rumah sakit menjadi salah satu semangat sang gadis kecil untuk berani dioperasi dan sembuh.
Sejak saat itu, sang gadis kecil rutin memberi seikat bunga mawar di makam sang kakek.
“Kakek, terima kasih atas semangatmu. Sekarang aku sudah sembuh. Akan aku bawakan bunga-bunga yang cantik di sini, seperti bunga-bunga di taman yang cantik, yang sering kakek ceritakan padaku,”
Sumber : http://www.vemale.com/inspiring/lentera/19410-kakek-apakah-dunia-di-luar-sana-cantik.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar